Sabtu, 26 Februari 2011

Dinner with donated food

Hari sabtu yang sangat indah, suhu yang mulai menghangat --sekitar 20 derajat celcius-- dan langit yang cerah tanpa cela, membuat saya enggan untuk berdiam diri saja di kamar. Sembari melepas penat kegiatan lab seminggu ini, hari ini saya habiskan dengan jalan-jalan naik sepeda keliling kota.

Diawali dengan pertemuan dengan Ariandne, a Brazilian, buat ngopi foto2 hasil jepretan saat International Student Trip, sekalian ngobrol2 banyak hal. Dari perbincangan ringan itu muncullah ide untuk piknik di taman di bukit belakang dormitory esok harinya. Sayangnya tiba-tiba saya ingat kalau besok ada acara Fumiku Cup, yaitu lomba badminton khusus untuk Fumiku, atau Forum Komunikasi Mahasiswa Indonesia di Kumamoto University. Sebenarnya saya bukan peserta badmintonnya, tapi sayang aja kalo acara gathering mahasiswa Indonesia ini saya lewatkan. Saya merasa bersalah kepada Ariandne karena saya yang memunculkan ide pikniknya tapi malah ga bisa datang.

Rabu, 23 Februari 2011

Let's be precise about time

Seminggu yang lalu ada acara student trip for international student. Tujuannya ke Fukuoka dan ke pulau seberang, yaitu Kyushu, dan menginap di onsen inn, sebuah penginapan dengan onsen atau ofuro, atau sumber air panas, dan melakukan suatu kegiatan berendam yang terkenal di Jepang. Dengan biaya total 4000 yen (sekitar 400.000 rupiah) acara jalan-jalan dua hari satu malam itu bisa dibilang sangat amat murah sekali banget. Ada banyak sekali tempat yang dikunjungi, yang saya lupa masing-masing namanya. Belum menu makan 3x sehari yang sangat mewah untuk ukuran orang Indonesia ndeso yang nyangkut di Jepang seperti saya. Fasilitas di onsen inn juga ga bisa dianggap main2. Bak hotel berbintang kejora.

Tapi dari acara jalan2 yang tentu saja tak terlupakan itu, yang paling berkesan buat saya adalah ketepatan waktu yang amat mengagumkan. Saya benar2 merasakan bagaimana para panitia menyusun acara dengan tanpa kesalahan waktu sedikitpun. Berangkat jam sekian, sampai di tempat jam sekian, spending time di tempat tersebut berapa menit, berangkat lagi, sampai saat pulang pun, ga meleset barang semenit pun. Mengagumkan sekali, mengorganisir rombongan sebesar 3 bus dimana pesertanya berasal dari berbagai belahan negara di dunia.

[gallery link="file"]

Minggu, 20 Februari 2011

Blood Brothers

Entah gimana ceritanya tiba-tiba saya tertarik dengan band heavy metal yang satu ini : Manowar. Gara-gara temen yang tiba2 muter lagunya yang berjudul Hail and Kill. Awalnya saya rasa sedikit unik cara mereka membawakan lagunya, dengan background vocal "Hail...hail...hail and kill" yang diulang-ulang. Saya bukan pecinta musik keras, tapi saya bukan orang yang subyektif, asal suatu musik itu punya "value of uniqueness" saya akan mulai pasang telinga untuk "memberi perhatian lebih" terhadapnya. Dan band ini berhasil mengikat telinga saya dengan cukup erat.

Tidak, meski mengusung tema musik heavy metal, jangan bayangkan Manowar itu penuh dengan kerusuhan dan musik berisik yang ngga berbentuk. Meski sempat dapat anugerah Guinness Book of World Records as one of the loudest band in the world, tapi banyak lagu-lagunya yang dikomposisi dengan cukup apik. Jangan cuma lihat fisik orangnya. Mungkin memang gondrong2 dan lebih keliatan kaya preman pasar bertubuh gempal. But please don't judge a book from its cover. Terlebih sang vokalis, Eric Adams, bukan seorang vokalis yang cuma bisa teriak-teriak, tapi dia bener2 punya skill vokal yang hebat. Range nada dari rendah hingga tinggi dikuasainya dengan baik. Mungkin bisa dibandingkan dengan Celine Dion? :P

Di akhir tulisan ini saya sertakan beberapa lagu apik dan sebuah video yang menampilkan konser live yang benar-benar indah.

Nah, lagu yang satu ini punya lirik yang cukup menyentuh, sebuah lagu tentang persahabatan. Judulnya Blood Brothers. Dibawakan dengan komposisi musik yang bagus. A perfect chance to show Eric Adams, the vocalist, his great vocal range. So eventhough it's a heavy metal band, it has a really touching song. Let's look up on the lyric...

[youtube http://www.youtube.com/watch?v=BM5vDvi4mXY&w=480&h=390]


Blood Brothers
Manowar


When the world turns you away
A friend will not say no
There is strength that we all have
It's not the strength we show

And in your darkest hour
In your darkest nights
Whatever life will do
I am here for you

Think of me wherever you are
When it seems like you're reaching the end
Call on me, know in your heart
On one you can always depend
I am thy friend

Though we're far away
The stars above are the same
And when you feel alone
There's one who shares your pain

A true friend has no price
There is none to pay

I remember you stood by me
I'm with you all the way

Jumat, 11 Februari 2011

Unrecognized holiday

Kemarin malam saya dapat firasat tentang hari ini. Saat itu perut saya terasa mual dan ingin muntah. Dan memang tidak lama kemudian saya muntah beneran. Saya pikir, besoknya kalau kondisi saya tetep seperti ini saya ngga akan ke kampus, meski hari sebelumnya saya udah ngga ngampus sama sekali --udara dingin diluar benar2 berhasil mengikat saya hingga tetap berselimut diatas tempat tidur *dengan kata lain, males2an di kamar*--.

Begitulah, kemudian tadi pagi kondisi badan saya ternyata "mengizinkan" untuk berangkat ke kampus. Ngayuh sepeda dengan agak terburu-buru karena diburu sholat jumat, biasanya lewat jalan kampung yang meski lebih jauh tapi lebih nyaman karena sepi, kali ini lewat jalan besar yang ramai tapi lebih dekat. Sampai di kampus ada yang aneh, gerbang barat yang biasanya terbuka dan bisa dilewati mobil ternyata ditutup. Wah ada apa ini?

Minggu, 06 Februari 2011

Ninety percent of Excitement and ten percent of Anxiety

Hmmm udah lama banget ya kayanya saya ga update blog ini. Bukan, bukan bermaksud menelantarkan, tapi karena terlalu banyak hal yang ingin saya tulis, menumpuk di kepala ini akhirnya ngga tau harus mulai dari mana. Seperti sebuah botol kaca yang isinya penuh dengan pasir, kalau langsung dibalik justru pasirnya akan sulit --atau mungkin malah gak sedikitpun--keluar. Dan lama2 akan semakin penuh dengan pasir2 baru hingga botolnya pecah berantakan. Oleh karena itu bagaimanapun harus dikeluarkan, sedikit demi sedikit. Ah perumpamaan yang terlalu berlebihan :P

Baiklah, kemana saja saya selama ini? Pertanyaan bagus. Selama hampir 3 minggu ini saya berada di Negeri Sakura, tepatnya di kota Kumamoto, Prefecture Kumamoto. Saya akan disini selama tiga bulan, sampai akhir Maret nanti.

[googlemaps http://maps.google.com/maps/ms?ie=UTF8&hl=id&msa=0&ll=32.8031,130.707891&spn=0.614085,1.352692&t=h&msid=209276908412268984737.00049b9a0fb52f36c4850&output=embed&w=425&h=350]

Whoa...tunggu sebentar, beneran nih lagi di Jepang?

Sabtu, 01 Januari 2011

Jangan hanya baru saat tahun baru

Tahun baru? Wow semuanya heboh dengan euforia tahunan ini. Banyak yang merencanakan tentang cita-cita di tahun yang baru ini, ada yang berinterospeksi tentang apa yang telah terjadi di tahun yang baru saja ditinggalkan. Itu terjadi di tanggal 1 Januari. Seminggu kemudian, euforia pun meredup, banyak yang lupa rencana dan interospeksi yang sudah diteriak-teriakkan sekeras suara terompet kertas dan letupan kembang api.

Nah, kalau dipikir-pikir, ditimbang, dipandang dan kemudian ditanyakan, apa bedanya tahun baru dengan pergantian tanggal seperti biasa? Hanya tanggal 1 Januari di tahun yang berbeda. Sama seperti tanggal2 lain, 11 Januari di tahun yang berbeda dari tahun sebelumnya. Begitu juga dengan 18 Maret, 8 Desember, dan lain-lain -- coba tebak kenapa saya pilih tanggal-tanggal itu sebagai contoh? :P --. Lalu kenapa cita-cita dan interospeksi hanya ramai dikoarkan pada saat atau menjelang tanggal 1 Januari? Bukankah seharusnya cita-cita dan interospeksi itu dilakukan sepanjang tahun? Terus memperbaiki diri dan memasang target untuk waktu yang menghadang didepan, agar jadi manusia yang lebih baik setiap saat, bukan hanya manusia yang jadi lebih baik setiap tahun.

Sabtu, 04 Desember 2010

Setetes nila rusaklah pecel lele sebelanga

Dahulu kala, ada sebuah rumah makan pecel lele yang sangat terkenal di Malang. Tiap hari tidak pernah sepi pengunjung apalagi di jam-jam orang waktunya makan. Saya masih inget dulu sering kesana sekeluarga, waktu masih kelas 4-5 SD. Kalau pas peak-time, nunggu pesanan diantar bisa lamanya minta ampun. Dulu ngga kepikiran kenapa kok rumah makan itu bisa sebegitu ramainya. Kata ibu saya karena memang masakannya enak. Saya manggut2 aja, waktu itu saya masih kecil dan belum terlalu bisa bedain mana masakan enak atau ngga.

Saking populernya, rumah makan itu jadi nama "landmark" buat para pengguna angkutan umum.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More